Friday, April 28, 2006

Untukmu, De'

"Dan seandainya ada obat penghilang luka si merah jambu, pasti aku carikan untukmu, adikku”

De’, begitulah hidup. Aku ikut merasakan luka yang menggores itu. perih pasti. Tetapi De, kedewasaan kadang terbangun dari hal-hal seperti itu. Dari hal yang menyakitkan, rasa pahit, nyata fakta di depan mata, akan menempa kita menjadi lebih kuat. Lihatlah anak-anak kecil itu, berkali-kali jatuh supaya bisa berjalan, berkali-kali pula bangkit sampai benar-benar bisa berjalan. Dan kita, dalam ranah yang berbeda mengalami nasib sama. Jatuh, pahit, sakit, luka. Bukankah begitulah hidup?

Dan kini, aku melihatmu seperti bocah yang sedang mencoba berjalan itu. sebuah fakta yang seperti gajah diseberang lautan, tampak begitu jelas saat dia yang pernah menjadi menjadi separuh dari hidupmu malah memberikan pendarnya pada yang lain. Tetapi, begitulah hidup de’. Kita dituntut untuk mengatasi ego dan menerima kenyataan sambil belajar menimba pengalaman. Dan cobalah berkaca, betapa banyak yang terjatuh akibat berbedanya pilihan.

Sudahlah, hentikan nyanyianmu itu. Kasihan dia. Tahu nggak, malam itu, setelah kau menyanyi yang kesekian kali, juga lagu Rosa yang kau ulang lagi sesaat sebelum kau tutup pintu kontrakanmu membuatnya tak bisa tidur malam itu. Dia merasa bersalah. Sangat bersalah. Aku tidak tahu, akan berapa malam lagi dia habiskan untuk menghilangkan rasa bersalahnya itu. Padahal, ketidaknyenyakan malah membuatnya dosanya semakin akut. Aku tahu, kamu pasti juga tidak bisa tidur karenanya, tetapi bergulirnya waktu akan membuat roda kehidupan berjalan ritmis kembali. Ini cuma soal waktu. Waktu saja!

Bahwa kau merasa tersia-sia akibat kenyataan itu, paling banter akan bertahan dibilangan bulan. Lagian, kalau dihitung, lebih sakit mana sih, antara kini yang kau rasakan dengan dia dulu saat kita masih sama-sama di Ringinsari sana? Seumpama liga serie a, dia sedang berada di tangga juara, dan kau dalam garis degradasi. Tetapi, sapa tahu, besok, atau sore nanti malah, kau yang menjadi jawara di champions, sebuah tradisi yang bergengsi dari sekadar serie a, premiere lague atau laliga. Tetapi hendaklah dilihat, hidup bukan melulu menang-kalah, karena menang-kalah itu bisa didapat bersamaan atau tiada mendapatkan keduanya sama sekali.

Oh iya, yang menyesakkan tentu kau merasa bimbang dengan hari besokmu, dengan siapa-dimana. Sementara, bayangan yang sempat menyeruap dari seorang yang masih mengirimi puisi sampai kini masih sekadar bayangan. Dia juga belum memutuskan untuk benar-benar memilih. Tetapi sekali lagi, dek, begitulah hidup. Tak ada yang akan tahu apa yang akan terjadi esok hari. Yang jelas, tugas kita adalah menyongsong pagi dengan senyum dan do’a. Karena begitu hari selesai, masih ada esok, lusa dan seterusnya. Kalau kita di paginya sudah merasa kalah, maka, hari tak akan menjadi milik kita. Sementara, aku melihat, even aku yakin, kalau kau keluar dari jerat ini, talent yang kau miliki, akan memberimu berkah. Kamu, pasti bisa!


Menguntai kata sambil memutar lagu, lagu sendu-mendayu Rosa dan Tiga Diva dengan harapan bisa menyelami apa yang sedang kau kau alami.