Tuesday, July 31, 2007

Tanpa Judul

Gila!
Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang diinginkan oleh orang yang kucintai...
Aku tahu, dia hanya meminta sedikit dari apa yang aku miliki. Sedikit saja, kira-kira begitu.

Gila!
Hampir satu jam tiap malam selama lima bulan, bersamanya aku nge-fren. Selama waktu itu pula aku belum bisa juga mengerti keinginan partnerku.
Aku yakin, dia sudah berusaha mengertiku, dan aku juga sudah berusaha untuk bisa mengenal hatinya.

Gila!
Aku egois kali, yah...

BEJ, 31072007
dalam kebimbangan menjelang kelar liputan

Saturday, July 28, 2007

Di Sini

Kunyalakan lilin di sini
Tidak untuk kau tiup saat ulang tahunmu
Melainkan untuk menerangi jiwa yang sedang bimbang
Semoga, lilin ini menjadi cahaya keabadian

Dago, 28072007
Untuk belahan jiwa yang sedang "menghitung umur." Terimakasih sudah sabar ditinggal saat hari bahagiamu.

Friday, July 06, 2007

Sung, Anakku yang Terkena Kanker

Aku tertegun ketika anakku bertanya kenapa ia dibawa ke Belanda untuk berobat. Aku menangis sedih. Namun, bagaimanapun aku harus tetap tabah di hadapan anakku. Lalu aku menjelaskan, “nak, agar tubuhmu sehat, ada dua kelompok tentara dalam tubuhmu. Yang satu darah putih, dan yang lain darah merah. Mereka harus bekerja sama memerangi penyakit. Tapi, ada bagian tentara putih yang jahat. Bukannya mematikan musuh, ia malah membunuh darah merah.”

Memang, aku orang yang sangat beruntung. Aku sudah dikarunia tiga orang putri. Bahkan Tuhan pun menjawabnya ketika aku dan suamiku menginginkan anak laki-laki. Selang beberapa lama aku hamil. Dan saat itu pula lah, dokter bilang kalau aku sedang mengandung anak laki-laki. Betapa senang hatiku. Lalu aku berjanji akan merawat titipan Tuhan, yang kelak kuberi nama Sung, dengan baik.

Bahkan sebagai luapan sayangku itu, setelah ia lahir, aku sangat protektif. Sampai-sampai makanan yang tidak baik untuk kesehatan seperti vetsin aku hindari, meski keluarga kami sangat suka dengan masakan gurih. Begitu juga sebaliknya, makanan yang kata dokter baik, seperti brokoli aku selalu memberiya. Saking seringnya sampai anakku bosan.

Waktu terus berjalan. Aku pun menikmati sebagai ibu dari anak-anak yang sedang tumbuh. Namun, suatu malam aku curiga dengan bentol hitam di beberapa bagian tubuh Sung. Aku pikir, warna hitam itu disebabkan jatuh. Tapi, jika benar anakku jatuh tentu ketiak tidak sampai hiam. Aku curiga.

Pagi harinya Sung aku bawa ke dokter. Aku memintanya untuk uji darah di laborat. Dan dokter pun menyetujuinya. Namun, bagai petir menggelegar ketika aku tahu kalau anakku mengidap kanker darah. Aku tidak percaya. Keesokan harinya kubawa Sung ke rumah sakit Dharmais. Hampir sama jawabannya. Hanya saja dokter di rumah sakit itu menyatakan kemungkinan Sung terkena kanker fifty-fifty.

16 September 2004. Aku, Sung dan suamiku berangkat ke Belanda. Dua hari yang lalu aku terlibat pembicaraan panjang dengan keluarga. Mereka memutuskan membawa Sung ke Emma Kinderziekehuis, sebuah rumah sakit anak di Amsterdam. Dan hari berikutnya (17/9) aku sampai di Belanda. Aku bertemu dengan prof PA Voutte. “Saya ingin terbaik, Dok,” pintaku.

Barbagai pemeriksaan pun dilakukan. Sambil menunggu Sung, di Belanda aku tinggal di MacDolald House, wisma khusus untuk oarang tua dari anak-anak penderita kanker yang dirawat di RS tersebut. Lalu setelah menempatkan kami berdua di wisma itu, suamiku pulang ke Indonesia. Karena tidak mungkin menelantarkan ketiga anak kami yang lain di rumah.

Namun, aku sempat shok karena setelah pemeriksaan sumsum tulang belakang, Sung divonis menderita ALL Philadelphia Chromosome Positive. Penyakit Sung tak tanggung-tanggung, bukan hanya penyakit leukimia, tapi juga penyakit langka. Bahkan menurut Prof Voutte, selama 30 tahun penelitiannya belum ditemukan obatnya.

Aku sebagai wanita sudah tidak bisa tegar lagi. Namun aku selalu belajar dari Sung. Suatu hari Sung mengatakan, “untung ya mah, kanker Sung ada di darah.” “Lho emang kenapa?” aku balik tanya, heran. “Kalau di mata, di tangan, atau kaki kan tidak bisa tumbuh lagi, kalau darah kan bisa dibuat lagi,” kata Sung. Itu lah sebabnya aku selalu tegar dalam menghadapi detik-detik menegangkan anak tersayangku dalam melawan kanker. Hingga saat aku bisa bahagia lagi. Karena Sung dinyatakan sudah sembuh.***



*** Seperti yang diceritakan Sulistyawati kepada Ayahbunda. Juga, tulisan ini untuk pelatihan menulis setelah kami berubah ujud. Karena PROSPEKTIF, tempat kami kerja tiba-tiba memutuskan untuk tidak terbit lagi. Pun demikian, seluruh karyawan dari OB sampai Redaktur, dialihkan ke tabloid Mom&Kiddie yang sudah terbit 1 Agustus 2006 lalu.